www.LensaAktual.com.ǁJawaTimur,23 Desember 2025-Jelang libur nataru BMKG Dhoho Kediri Jawa Timur mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem.
Hal tersebut diumumkan menyusul fenomena Bibit siklon tropis 93S yang sebelumnya terpantau di perairan selatan Indonesia saat ini bergerak semakin menjauh dari tanah air.
Ketua Kelompok Meteorologi Publik BMKG Dhoho Kediri, Satria Krida Nugraha mengatakan menjauhnya bibit siklon 93S membuat pola cuaca di Indonesia kembali dipengaruhi kondisi musim hujan.
Namun demikian, risiko hujan lebat dan cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi, terutama di akhir Desember hingga awal Januari.
Faktor Pemicu Cuaca Ekstrem
“Dengan menjauhnya bibit siklon tropis 93S, kondisi cuaca di Indonesia kembali seperti normalnya musim hujan. Meski demikian, potensi cuaca ekstrem masih bisa terjadi, terutama di akhir bulan dan awal Januari,” katanya, Selasa (23/12/2025).
Satria menegaskan, hingga saat ini tidak ada indikasi bibit siklon 93S akan kembali mendekati wilayah Tanah Air. Seiring jaraknya yang semakin jauh, dampak tidak langsung dari sistem tersebut juga terus berkurang.
“Untuk saat ini belum ada potensi mendekat sama sekali. Ketika jaraknya sudah menjauh, dampak tidak langsungnya juga ikut berkurang,” lanjutnya.
Meski ancaman siklon melemah, BMKG mencatat potensi cuaca ekstrem di Jawa Timur, termasuk wilayah Kediri, masih dipengaruhi fenomena atmosfer lain. Di antaranya adalah pengaruh Monsun Asia, gelombang Rossby, dan dinamika atmosfer regional.
“Cuaca ekstrem yang terjadi saat ini bukan semata karena bibit siklon 93S, tetapi juga dipengaruhi fenomena lain seperti monsun Asia dan gelombang Rossby,” jelas Satria.
Prakiraan Cuaca Kediri
Untuk wilayah Kediri dan sekitarnya, BMKG memprakirakan hujan masih berpotensi terjadi hampir setiap hari dalam sepekan ke depan hingga pergantian tahun. Intensitas hujan umumnya ringan, namun pada periode tertentu dapat meningkat menjadi lebih lebat.
“Setiap hari ada potensi hujan ringan. Namun di akhir tahun dan awal Januari, potensi hujan dengan intensitas lebih tinggi tetap perlu diwaspadai,” ungkapnya.
BMKG juga mencatat hujan lebat yang terjadi secara tiba-tiba dalam beberapa hari terakhir masih berkaitan dengan dampak tidak langsung bibit siklon 93S yang sebelumnya berada cukup dekat dengan Indonesia.
“Beberapa hujan lebat yang terjadi beberapa hari terakhir masih merupakan dampak tidak langsung dari bibit siklon 93S,” terangnya.
Satria turut mengingatkan bahwa perubahan iklim membuat wilayah daratan seperti Kediri tidak sepenuhnya bebas dari dampak siklon tropis. Sejumlah kejadian siklon sebelumnya menunjukkan dampaknya masih bisa dirasakan.
“Secara teori memang Indonesia tidak memungkinkan dilalui siklon tropis. Namun kejadian seperti Siklon Seroja Cempaka dan Senyap menunjukkan dampaknya tetap ada,” tegasnya.
Selain itu, kondisi La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD) negatif saat ini menyebabkan suhu permukaan laut lebih hangat, yang berpotensi meningkatkan curah hujan di Indonesia, termasuk Jawa Timur.
“Dengan adanya La Nina dan IOD negatif, curah hujan di Indonesia berpotensi meningkat karena suhu permukaan laut yang lebih hangat,” ungkapnya.
BMKG mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap tanda-tanda awal cuaca ekstrem, seperti udara terasa gerah sebelum hujan lebat atau angin kencang, serta rutin memantau informasi cuaca resmi.
“Kami mengimbau masyarakat untuk selalu mengikuti informasi dari BMKG dan meningkatkan kewaspadaan,” kata Satria.
BMKG mengingatkan musim hujan tahun ini berpotensi meningkatkan curah hujan hingga 20-40 persen dari kondisi normal. Hal tersebut meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan angin kencang.
“Persiapan dini sangat penting untuk meminimalkan risiko bencana, terutama menjelang libur panjang Nataru,” tandasnya.

